Dok . Pribadi Penulis 27 Maret 2019 “Selamat datang Mbak Ara. Lama tidak terlihat ?” Ujar pelayan kafe . “Kopi vietnam seperti biasa?” “Iya, tapi gak pake sianida ya mas.” timpal Hana yang datang bersama Ara. “Saya mau cappucino aja sama roti pangang yang rasa coklat keju.” “ Oke . Ada lagi pesanannya ?” “Sudah saja mas.” Jawab Ara. “Ini soalnya saya yang bayar.” Hana tertawa yang diikuti tawa pelayannya. “Hari ini ada janji dengan Mas Rizal?” tanya pelayan sebelum pergi. Ara menggeleng, Rizal adalah owner dari kafe ini. Beberapa kali pernah bertemu dan terlibat dalam proyek bersama dalam marketing kopi dan event. “Mas Rizal cakep ya Ra?” tanya Hana, ini untuk pertama kalinya Hana datang di kafe yang biasa jadi tempat Ara numpang wifi untuk pekerjaan serabutannya. “Iya.” Jawab Ara singkat. “Na, aku liat Instagramnya Galih. Dia posting photo tunangan dan undangan . Ko aku yang ngerasa sakit ya ? Aku sedih . Malah aku yang pengen nangis. Arlen liat belu
dok . Agun Priyatna (1) Banyak tanda tanya menggantung diatas ubun-ubun. kurangkum kata-kata, namun tersekat di teggorokkan. Bahkan jari pun tak mampu lagi jadi penyalur kata. (2) Segelumit tanda tanya ini tidak bisa lahir dengan normal karena sudah diaborsi dengan paksa dan dikubur hidup-hidup. Jika aku salah, maka aku akan berjalan di bawah derasnya hujan. Agar salahku luntur dan terhapuskan . November 2012