Suara lonceng pintu kafe pertanda pengunjung datang dan pergi tidak menyadarkan tatapan Ara dari layar handponenya.
“Sudah, dia gakan ngasih kabar Ra.” Ujar Hana sembari mengaduk kopinya. Ara tersadar, menyimpan handphonenya. “Untuk apa bertahan ? Kaupun harus siap belajar melepaskan dan mengikhlaskan. Aku kasian ke kamu yang masih terus memikirkan, buang-buang waktu dan cape hati. Orangtua kamu juga kalau tahu pasti sedih. Bagaimana bisa ada laki-laki yang menghancurkan hati anak perempuannya. Kamu harus logis . Kalau dia memang cinta kamu, pasti dia gakan menyiksa kamu dan mencoba mengkomunikasikan juga mencari jalan terbaik bersama, tidak egois seperti sekarang.”
“Kamu tahu apa yang selama ini aku takutkan Na?” tanya Ara yang mulai mencecap kopinya. “Katanya, dibalik wanita hebat ada cinta yang gagal. Aku belum jadi wanita hebat nyatanya cinta aku sudah gagal.” Ara tertawa sembari menahan tangis, sedang Hana hanya tersenyum.
“Kau tahu banyak hal yang aku kagumi dari Oki. Bersama dia aku hanya ingin jadi perempuan biasa saja, tak perlu berlari tak perlu menjadi pribadi yang sempurna.”
“tapi sekarang yang terjadi kamu malah dibuat berlari buat ngejar-ngejar dia.” Ujar Hana yang memancing tawa Ara yang entah terpaksa atau tidak, namun yang jelas tawanya ditujukan untuk menertawakan dirinya sendiri.
“Na, gimana kabar Ibu kamu?” Ara teringat Ibu Hana yang tidak bisa ditinggalkan Hana lama-lama.
“Heum .. Baik . Namanya juga sudah tua, perlu istirahat dan perawatan ekstra. Kalau bukan aku siapa lagi sih yang mau ngurusin Ibu aku? Tapi tadi ada kakak aku yang jagain.” Ara memahami kondisi Hana yang meski inginnya pergi jauh, ada satu Ibu yang sudah tua harus ia jaga. Terlebih lagi setelah stroke dan diabetes yang menggerogoti tubuh Ibunya.
“Ibu aku lagi pengen nginep di Hotel buat ngerayain ulang tahunnya. Inget bulannya tapi gak ingat tanggalnya. Namanya sudah tua, ada-ada saja.” Hana tertawa.
Ara ingat ketika suatu hari mendapatkan pesan dari Ibunya Hana yang tiba-tiba menanyakan kabarnya yang jarang datang berkunjung lagi. Ara tengah menjalankan beberapa project serabutannya diluar kota . Ketika pulang Ara menyempatkan datang berkunjung. Ibu Hana tak lagi segesit dahulu semenjak ditinggalkan suaminya, ia sudah mulai melamban dan mulai repot dengan tubuhnya sendiri yang berjalan dibantu tongkat. Dulu ketika sekolah Ara pernah menginap dan disiapkan sarapan yang macam-macam oleh Ibunya Hana. Setiap kali Ara berkunjung Ibunya akan selalu menyugukan banyak makanan dan menawarkan makanan apa yang diinginkan Ara.
“Kamu katanya mau nikah Ra?”
“Ya maulah bu, tapi belum tahu sama siapa dan kapan.” Jawab Ara.
“Kamu katanya punya banyak teman laki-laki, kasih satulah buat bakal jodohnya Hana.”
“Iya bu, nanti Ara cobah tanya Hana.”
“Jangan ditanggepin serius Ra, Ibu aku becanda. Aku cuman cerita aja kalau kamu banyak yang naksir tapi kamunya gak mau mulu padahal kan bisa kasih aku satu.” Hana muncul dengan membawa nampan berisi beberapa gelas Air dan camilan.
Hana anak bungsu dari enam bersaudara. Kelima Kakaknya sudah dewasa dan bahkan usia ponakan Hana ada yang jauh diatas usia Hana. Hana pintar dalam bahasa Inggris dan mengambil studi sastra inggris. Dengan kemampuan bahasa Inggrisnya itulah Hana memiliki pergaulan lebih luas dalam wilayah International. Beberapa kali Ara dikenalkan pada sederet bule yang mengaku pacar Hana. Tapi menjalin hubungan serius dengan bule tidak mudah dalam perspektif budaya masyarakat Indonesia terlebih keluarga Hana yang mau tidak mau menganggap tidak baik. Hana memilih mundur berlahan. Hubungan dua tahun yang sudah direncanakan berakhir dipelaminanpun kandas. Menjalin hubungan dengan pria Indonesia begitu canggung untuk Hana karena kebanyakan lelaki yang dikenalkanya melihat fisik yang menurut mereka Hana bukan tipe ideal dan menilai pemikiran Hana aneh, berbeda dengan lelaki bule yang suka dengan pemikiran Hana yang lebih terbuka.
Terus semangat, terus semangat maaf hanya bisa bantu doa🙏🙏
BalasHapusDitunggu cerita Selanjutnya kak :)
BalasHapus