Doc. |
Benar
saja, beberapa bulan kemudian hidup Ara bahagia dipenuhi oleh Oki sang tour guide. Meski ada jarak diantara
mereka dan sangat jarang bertemu. Dengan serius Ara membawa Oki ke rumah dan
tak berapa lama juga Ara dibawa kerumah orangtua Oki. Baik Hana maupun Arlen
yakin bahwa hubungan Ara dan Oki akan berjalan mulus dan berakhir bahagia di
depan penghulu. Namun beberapa bulan setelahnya duka dimulai, setelah Ara
mengatakan pada Hana secara khusus dan meminta Hana ambil cuti satu hari
dibulan desember untuk pernikahannya yang sudah direncakan secara sederhana.
Pada waktunya jangankan perihal hari pernikahan soal meminangpun Oki tak pernah
kunjung datang.
Orangtua
Ara tak pernah tahu apa yang terjadi pada anaknya setelah Oki tak kunjung
datang yang hanya dijawab Ara masih sibuk dengan jadwal-jadwal kerjanya. Ara lebih
banyak mengurung diri dikamar, mereka pikir Arapun punya banyak pekerjaan karena
jarang tidur malam. Nyatanya Ara diam-diam menangis sepanjang waktu dibawah
selimbut, kesulitan untuk tidur dan hilang selera makan. Hana tahu sahabatnya
itu sedang dalam keadaan yang kurang baik.
“Na,
aku bangun tidur ngerasa marah dan nangis terus.” Ara mengirimkan pesan melalui
whatsapp.
“Aku pulang kerja siang, mau keluar?” Hana membalas pesan dan mencoba
menghibur sahabatnya.
“Oke . Aku akan jemput kamu.” Jawab Ara singkat,
namun tak berapa lama Ara mengirimkan pesan lagi. “Na kayaknya aku dirumah
saja, aku dalam kondisi emosional yang tidak baik. Aku takut khilaf pas lagi
bawa kendaraan.” Hana paham sahabatnya benar-benar berada dikondisi stress
berat.
“Oke aku sama Arlen bakal kerumah kamu. Jangan
lakukan hal-hal yang aneh-aneh, atau pikiran yang buruk. Terlebih bunuh diri!”
Hana serius.
“Berapa
berat badan kamu sekarang Ra?” Tanya Hana sembari matanya penuh selidik pada
tubuh Ara yang makin kurus dan tak terurus, sembari menyiapkan bubur sop khas
Cirebon salah satu makanan kesukaan Ara yang ia beli sebelum pergi kerumah Ara.
Hana dan Arlen berhasil membuat Ara keluar dari bawah selimbut dan keluar
kamar. Meski hanya sampai halaman depan rumah.
“Seminggu
lalu turun 3kg.” Suara Ara serak. Matanya merah dan pipinya tampak sembab meski
ia sudah tutupi dengan polesan foundation bukan untuk menyembunyikan dari Hana
maupun Arlen tapi menyembunyikan dukanya dari kedua orangtuanya dan orang di rumahnya.
“Penasaran
seberapa cakep dan hebatnya Oki sih, sampai berhasil menakhlukkan Ara begini?”
tanya Arlen. Ara belum pernah memperkenalkan Oki pada sahabat-sahabatnya.
“Dia
gak cakep, gak hebat ataupun keren. Dia biasa saja, orangtuanya pembuat kerupuk.
Rumahnya dari bilik, ngingetin Ara sama rumah almarhum uyut yang di Singaparna.”
Hana mulai menyodorkan makanan, namun sama sekali tidak dilirik Ara. Arlen yang
malah menyerobot duluan, dengan menyendokkan bubur kedalam mulutnya.
“Dia
orang yang sederhana.” Ara sayu . Hana segera meneyendokkan dan menyodorkan
langsung bubur kedepan mulut Ara. Terpaksa Ara membuka mulut, meski ia ingin
menolak. Tak ingin makan .
“Aku
gak masalah sama kondisi keluarganya. Aku gak masalah sama perkerjaannya dia.
Aku juga ikhlas dinikahi dengan cara sederhana. Toh untuk apa sih pernikahan
mewah jika tidak berkah? Aku tidak menuntut atau memberatkan dia dan
keluarganya. Orangtua aku juga bisa menerima itu. Karena ya dia laki-laki yang
aku pilih.” Lanjut Ara setelah makanan sudah melewati tenggorokannya. Suara Ara
bergetar dan mulai berucucuran air mata . Tak ada kata yang keluar dari Mulut
Hana dan Arlen. Hana tak lagi menyuapi makanan. Mereka Hanya duduk saling
berangkulan, berharap bisa menjadi sandaran dari salah satu yang tengah melemah
dan saling menguatkan.
Oki
berubah tanpa kabar, sulit mendapatkan kabar. Balasannya pendek-pendek dan tak
pernah menanyakan kondisi Ara. Tak ada lagi panggilan masuk dari Oki. Oki
bahkan tidak menjawab setiap panggilan Ara yang beruntun maupun diwaktu yang
berbeda. Tanpa kata Oki pergi. Dengan terpaksa Ara berlari dengan memeluk luka.
Berlari pada kehidupannya sendiri yang sesungguhnya, yang telah lama dalam
bayang Oki.
Baca bagian berikutnya Tentang Luka (4)
Sudah pernah di publikasikan di tumblr dengan judul yang sama. kepikabu.tumblr.com
Dari bagian satu, dua dan ini yg ketiga, sangan menyentuh, dan masih penasaran ke bagian 4, di tunggu yah....
BalasHapusSudah publish yang ke 4nya. Silahkan baca.
HapusSenang ada yang nenantikan tulisan Uul selanjutnya.
Jahat Oki nya loh kak
BalasHapus