“Selamat datang Mbak Ara. Lama
“Iya, tapi gak pake sianida ya mas.” timpal Hana
yang datang bersama Ara. “Saya mau cappucino aja sama roti pangang yang rasa coklat
keju.”
“Oke . Ada lagi pesanannya ?”
“Sudah saja mas.” Jawab Ara. “Ini soalnya saya
yang bayar.” Hana tertawa yang diikuti tawa pelayannya.
“Hari ini ada janji dengan Mas Rizal?” tanya
pelayan sebelum pergi. Ara menggeleng, Rizal adalah owner dari kafe ini.
Beberapa kali pernah bertemu dan terlibat dalam proyek bersama dalam marketing
kopi dan event.
“Mas Rizal cakep ya Ra?” tanya Hana, ini
untuk pertama kalinya Hana datang di kafe yang biasa jadi tempat Ara numpang
wifi untuk pekerjaan serabutannya.
“Iya.” Jawab Ara singkat. “Na, aku liat Instagramnya
Galih. Dia posting photo tunangan dan
undangan . Ko aku yang ngerasa sakit ya ? Aku sedih . Malah aku yang pengen
nangis. Arlen liat belum ya?”
“Aku gak tahu, tapi kayaknya mending dia gak tahu.
Kita diem-diem aja.” Hana dan Ara bersepakat . Untuk kemudian mereka saling diam
hingga pelayan datang membawa pesanan.
Hana
memperhatikan lingkungan sekitar sedang Ara fokus pada layar handphonenya yang
berharap seseorang mengirimkan pesan untuk memberi kabar. Seseorang berdiri
dibalik grinder kopi mengenakan celemeknya, ia terlihat baru datang. Hana
melihat gerak tubuh lelaki itu yang memperhatikan Ara dari jauh.
"Ra,
Mas Rizal yang itu ?” tanya Hana. Ara mengangkat kepalanya sebentar untuk
melihat lelaki yang dimaksud Hana, sejenak pandangan mereka bertemu dan saling
melempar tersenyum.
“Iya.” Ara kembali melihat layar handphonenya.
Kopi Ara belum turun sepenuhnya,
kepulan-kepulan asap dan aroma kopi berbaur. Hana mengenal Ara sejak duduk di
Bangku SMP meskipun tak satu sekolah, mereka pertama kali bertemu di tempat
les. Lalu dipertemukan kembali di sekolah SMA yang sama dan berkegiatan di
eskul yang sama, memasuki perguruan tinggi yang sama meski beda jurusan dan
beda tempat tinggal namun tetap saling berkunjung untuk sekedar menanyakan
kabar atau makan malam bersama diperantauan.
Hana
ingat bagaimana wajah Ara lebih ceria dari biasanya, sepulangnya dari proyek yang saling sambung menyambung kebeberapa kota dan wilayah di Indonesia ketika baru lulus kuliah masternya dan belum
memulai karirnya sebagai dosen.
“I
found someone.” Ujar Ara berseri-seri .
“Who?”
“Someone
I want for my future.” Ara dengan penuh kesungguhan. “Aku ketemu dia di Jogja. Tour guide, tapi dia orang Ciamis.”
“Really?” Ara mengangguk yakin . “baguslah
Ra, kamu kuliah kan sudah beres. Kerjaan juga sudah pasti, ya apa lagi sih
kalau bukan nikah?” Tambah Hana. Hana paham, selama ini mungkin Ara menjaga
diri dari cinta yang salah. Ara menunggu waktu yang tepat pada orang yang tepat.
“Siapa tahu dari tour guide jadi life guide.” Tambah Hana lagi .
Seprrtinya aku kenal siapa dan siapanya dan juga kisahnya 😀
BalasHapusHello.. I'm your fans reader 😃
Thankyou love. untuk kisah selanjutnya bisa klik link dibawah ini.
HapusJangan lupa buat baca, komen dan share yak..
Peluk cium dari jauh, semoga kamu sehat-sehat.
https://uullatifah.blogspot.com/2019/04/tentang-luka-3.html
Alurnya mundur ya kak nay, dari yg pertama?
BalasHapusIya Eka. Tapi mudah dipahami kan?
Hapus