Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari April, 2019

Kuburan (Bukan Kisah Horor)

diambil dari google, hanya   ilustrasi Gintung Tengah adalah sebuah desa yang cukup jauh dari pusat pemerintahan disudut kabupaten Cirebon. Kebanyakan warganya bertani atau gadis-gadis remaja selepas lulus SMP diberangkatkan ke Arab Saudi atau Malaysia. Meski kini  trend berganti . Pemuda-Pemudi disekolahkan hingga SMA setelah itu mereka diberangkatkan ke Korea, Taiwan, Jepang, dan negara-negara lainnya. Baru tiga bulan aku masuk sekolah dasar lalu aku harus ikut keluarga pindah ke Gintung Tengah. Desa dimana Matua begitu aku memanggil Nenek dari pihak Bapak tinggal. Rumah baru yang susah payah dibangun Bapak setelah sekian lama tinggal dengan mengontrak. Rumah dibangun dekat dengan tempat pemakaman umum atau kuburan dan dikelilingi sawah-sawah yang luas. Beberapa meter dari rumah ada saluran irigasi yang disebut dampyang, airnya menuju ke kali besar yang lalu akan bermuara pada lautan lepas. Tahun 1998 belum banyak rumah seperti sekarang. Dulu hanya ada beberapa rum

Tentang Luka (4)

doc . Pribadi oleh penulis Suara lonceng pintu kafe pertanda pengunjung datang dan pergi tidak menyadarkan tatapan Ara dari layar handponenya. “Sudah, dia gakan ngasih kabar Ra.” Ujar Hana sembari mengaduk kopinya. Ara tersadar, menyimpan handphonenya. “ Untuk apa bertahan ? Kaupun harus siap belajar melepaskan dan mengikhlaskan. Aku kasian ke kamu yang masih terus memikirkan, buang-buang waktu dan cape hati. Orangtua kamu juga kalau tahu pasti sedih. Bagaimana bisa ada laki-laki yang menghancurkan hati anak perempuannya. Kamu harus logis . Kalau dia memang cinta kamu, pasti dia gakan menyiksa kamu dan mencoba mengkomunikasikan juga mencari jalan terbaik bersama, tidak egois seperti sekarang.” “Kamu tahu apa yang selama ini aku takutkan Na?” tanya Ara yang mulai mencecap kopinya. “Katanya, dibalik wanita hebat ada cinta yang gagal. Aku belum jadi wanita hebat nyatanya cinta aku sudah gagal.” Ara tertawa sembari menahan tangis, sedang Hana hanya tersenyum. “Kau tahu ban

Tentang Luka (3)

Doc. Pribadi dengan   kamera analog dan  film kodak 200                 Benar saja, beberapa bulan kemudian hidup Ara bahagia dipenuhi oleh Oki sang tour guide . Meski ada jarak diantara mereka dan sangat jarang bertemu. Dengan serius Ara membawa Oki ke rumah dan tak berapa lama juga Ara dibawa kerumah orangtua Oki. Baik Hana maupun Arlen yakin bahwa hubungan Ara dan Oki akan berjalan mulus dan berakhir bahagia di depan penghulu. Namun beberapa bulan setelahnya duka dimulai, setelah Ara mengatakan pada Hana secara khusus dan meminta Hana ambil cuti satu hari dibulan desember untuk pernikahannya yang sudah direncakan secara sederhana. Pada waktunya jangankan perihal hari pernikahan soal meminangpun Oki tak pernah kunjung datang.                 Orangtua Ara tak pernah tahu apa yang terjadi pada anaknya setelah Oki tak kunjung datang yang hanya dijawab Ara masih sibuk dengan jadwal-jadwal kerjanya. Ara lebih banyak mengurung diri dikamar, mereka pikir Arapun punya banyak pekerja

Cintaku Nyaris Sempurna

diambil dari google Banyak orang bilang di dunia ini tidak ada yang sempurna, namun bolehlah aku mengatakan bahwa cintaku ini nyaris sempurna untukmu , Laras.           Aku mengenal Laras saat memasuki dunia putih abu-abu. Mungkin secara fisik dia tak secantik Taylor Swift. Bahkan temanku mengatakan bahwa kecantikan Laras di bawah standar dengan gadis remaja pada umumnya. Bagiku Taylor Swift kalah cantik dengan L aras, dan Laras bagiku memang bukan gadis pada umumnya.   Ketika teman-temanku mengatakan bahwa Laras itu aneh aku justru mengatakan bahwa Laras itu unik hingga ke unikannya tiada tandingannya.           Aku suka cara Laras turun dari mobil elp datang kesekolah, aku suka cara Laras menyapa teman-temannya, aku suka cara laras berjalan, aku suka cara Laras makan di kantin, aku suka gaya tertawa laras, aku suka Laras yang jarang mengerjakan PR, aku suka laras yang dihukum di depan kelas karena tidak bisa menyelesaikan soal matematika, aku suka Laras yang tertidur

Menulis (bukan teori)

( gambar diambil dari google) 2019 ketika trend milenial lebih menyukai menonton youtube dan menjamurnya vidio bloger atau vloger, saya malah memilih untuk menggunakan blog untuk menunjukkan eksistensi yang sudah mulai ditinggalkan. Tak apa, sekali waktu kita memang harus menjadi berbeda dengan tidak mengikuti arus. Kenapa Bloger ? bukan   Vloger ? karena saya lebih suka menulis dan memfoto dibandingkan memvidio atau dividio. Tidak ingin memaksakan diri, toh selama menebar manfaat bisa dengan cara sederhana yang dibisa bukan? Mengutip katanya  Pramoedya Ananta Toer bahwa menulis adalah bekerja untuk keabadian. ya karena aku gak ada gawe jadi ya sudah kini biar punya pekerjaan saja. Bekerja pada keabadian . Segitu dulu, kalau ada  yang mau kenal lebih jauh jangan sungkan untuk mengkontak. Bisa dm di instagram @uullinaja atau email uul@student.upi.edu. Tapi kayaknya sih gakan ada yang ngontak, karena belum tentu ada yang berkunjung juga ke blog Uul. Baiklah, salam ken

Tentang Luka (2)

Dok . Pribadi Penulis 27 Maret 2019 “Selamat datang Mbak Ara. Lama tidak terlihat ?” Ujar pelayan kafe . “Kopi vietnam seperti biasa?” “Iya, tapi gak pake sianida ya mas.” timpal Hana yang datang bersama Ara. “Saya mau cappucino aja sama roti pangang yang rasa coklat keju.” “ Oke . Ada lagi pesanannya ?” “Sudah saja mas.” Jawab Ara. “Ini soalnya saya yang bayar.” Hana tertawa yang diikuti tawa pelayannya. “Hari ini ada janji dengan Mas Rizal?” tanya pelayan sebelum pergi. Ara menggeleng, Rizal adalah owner dari kafe ini. Beberapa kali pernah bertemu dan terlibat dalam proyek bersama dalam marketing kopi dan event. “Mas Rizal cakep ya Ra?” tanya Hana, ini untuk pertama kalinya Hana datang di kafe yang biasa jadi tempat Ara numpang wifi untuk pekerjaan serabutannya. “Iya.” Jawab Ara singkat. “Na, aku liat Instagramnya Galih. Dia posting photo tunangan dan undangan . Ko aku yang ngerasa sakit ya ? Aku sedih . Malah aku yang pengen nangis. Arlen liat belu

Tentang Luka (1)

7 April 2019             Jauh dari pesta pernikahan yang meriah dan mewah, ada seorang gadis yang menangis disudut kamarnya. k abar itu macam geledek yang menyambar tubuh Arlen. Galih m antan pacarnya melangsungkan pernikahan. Kabar itu didapatnya dari media sosial yang menayangkan secara langsung akad nikah Galih. Luka yang belum sepenuhnya kering itu kembali mengeluarkan darah segar bersama nanahnya.                Arlen masih mengingat dengan baik ketika hendak memberi kejutan ulang tahun untuk Galih. Dengan sisa uangya sebagai lulusan sarjana yang belum mendapatkan kerja ia pergi ke Tanggerang. Arlen membayangkan senyum Galih ketika mendapatinya didepan pintu kosannya, namun yang ia dapatkan adalah wajah masam Galih yang beralasan tengah sibuk dengan tugas kuliah dan persiapan pimnasnya. Terpaksa Arlen me reschedule jadwal pulangya dengan membeli tiket pulang lebih cepat.                “Aku ingin jadi orang yang lebih baik lagi. Aku tetap mengusah a kan kamu tapi