7 April 2019
Jauh dari pesta pernikahan yang meriah dan mewah, ada
seorang gadis yang menangis disudut kamarnya. kabar itu macam geledek
yang menyambar tubuh Arlen. Galih mantan
pacarnya melangsungkan pernikahan. Kabar itu didapatnya dari media sosial yang
menayangkan secara langsung akad nikah Galih. Luka yang belum sepenuhnya kering
itu kembali mengeluarkan darah segar bersama
nanahnya.
Arlen masih mengingat dengan baik ketika hendak
memberi kejutan ulang tahun untuk Galih. Dengan sisa uangya sebagai lulusan
sarjana yang belum mendapatkan kerja ia pergi ke Tanggerang. Arlen membayangkan
senyum Galih ketika mendapatinya didepan pintu kosannya, namun yang ia dapatkan
adalah wajah masam Galih yang beralasan tengah sibuk dengan tugas kuliah dan
persiapan pimnasnya. Terpaksa Arlen
mereschedule jadwal pulangya dengan
membeli tiket pulang lebih cepat.
“Aku ingin jadi orang yang lebih baik lagi. Aku
tetap mengusahakan kamu tapi aku juga tidak
akan menghalangi orang lain yang hendak menghalalkanmu.”Ucap Galih. Alasannya
untuk hijrahlah yang lalu mengakhiri hubungan
dengan Arlen. Arlen dapat menerima, namun yang tak habis pikir selang berapa minggu Galih malah memposting photo dengan
perempuan baru. Perempuan baru yang lalu entah bagaimana memfollow media sosial Arlen juga entah untuk apa. Remuk redam sudah tentu.
Berkali-kali Arlen meminta penjelasan yang lalu dibalas dengan dalil-dalil bagaimana
wanita seharusnya dan mengingatkan bahwa suara
perempuan termasuk aurat untuk
membungkap protes Arlen.
“Sabar
ya Len... Maafkan aku dan Ara.” Ujar Hanna mengusap punggung Arlen. Arlen
sesegukkan . Ara duduk dengan prihatin, ia segera datang begitu mendapat
panggilan dari Hana yang awalnya hendak
pergi menghabiskan hari minggu bersama Arlen.
Kabar soal rencana pernikahan Galih sudah lebih dulu diketahui Ara
dan Hana. Namun mereka menyepakati untuk menyembunyikannya dari Arlen. Hana
yang rumahnya lebih dekat dengan Arlen sempat menghapuskan media sosial Galih
dari media sosial Arlen agar tidak diketahui, nyatanya pada hari H kabar itu
didapatkan dari adik Galih yang juga saling berteman dengan Arlen.
“Sakit ya Len? Kayaknya aku tahu gimana rasanya. Dia
yang awalnya bilang mau mengusakan nyatanya justru pergi dengan yang lain. Kita
ada buat kamu ko, kita sayang kamu. Kuat sama-sama ya..” Ara ikut mengusap
Arlen yang masih sesegukkan dan menggenggam erat tissuenya.
“Aku yang seharusnya bilang makasih karena kalian
sudah menyembunyikan itu . Kuat-kuat lah ya..” Arlen mengusap air mata dari
sudut matanya. “Jangan ada lagi cerita luka untuk kita bertiga.” Ujar Arlen
merangkul kedua temannya.
Ara ingat beberapa
kali pernah berpapasan dengan Galih di gang ketika masih kuliah di Bandung.
Galih membantu Arlen yang tengah sibuk menjalankan praktek pengenalan lapangannya
dan tugas akhirnya, atau sekedar memberikan kejutan ulang tahun Arlen. Ara juga
ingat bagaimana Galih yang lebih muda dari Arlen berusaha keras mendapatkan
hati Arlen dengan melakukan trip bersama ke Bromo dan sekitarnya. Bagaimana
cerita bahagia Arlen yang diajak mendaki gunung Ciremai hingga duka Arlen yang
harus kehilangan Ayahnya didampingi oleh Galih. ***
Bersambung ....
Persahabatan yg baik kak nay :)
BalasHapus