Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Mei, 2019

TANDA TANYA

dok . Agun Priyatna (1) Banyak tanda tanya menggantung diatas ubun-ubun. kurangkum kata-kata, namun tersekat di teggorokkan. Bahkan jari pun tak mampu lagi jadi penyalur kata. (2) Segelumit tanda tanya ini tidak bisa lahir dengan normal karena sudah diaborsi dengan paksa dan dikubur hidup-hidup. Jika aku salah, maka aku akan berjalan di bawah derasnya hujan. Agar salahku luntur dan terhapuskan . November 2012

KARTU UNDANGAN

Dok. Pribadi “Will you marry me?” ujar Reza. Bukan sebuah cincin cantik yang ia sodorkan bahkan tidak ada lagu cinta yang mengiringi prosesi lamaran, tak ada juga seikat bunga mawar merah. hanya kartu undangan berwarna perak dengan tulisan berwarna emas menyala yang ia sodorkan. hanya saja belum tertuliskan nama di undangan itu. “Aku ingin nama kita yang ada di kartu undangan itu.” Aku terbelalak tak menyangka. Bagaimana bisa seorang Reza melamarku. Namun semua itu bisa saja terjadi. Buktinya malam ini aku tidak sedang dalam mimpi. Aku mencubit tanganku dibawah meja untuk meyakinkan bahwa aku dalam keadaan sadar. Aku menatap Reza yang begitu berbeda malam ini. penampilannya begitu necis. Berbeda dari kesehariannya yang hanya senang menggunakan celana pendek dan kaos oblong kumal yang tak pernah disetrika bahkan bisa jadi berhari-hari tidak dicuci. Malam ini ia menggunakan celana panjang berbahan katun dan baju kemeja tersetrika rapih. Makan malam inipun berbeda dari bia

POLIGAMI

Oleh : Uul Latifah dan Rizka Saputri dok . Uul Bagi saya topik poligami adalah topik yang menarik, tapi saya merasa bahwa topik ini sering kali dijauhi atau bahkan kalau bisa ditiadakan dari muka bumi bagi kebanyakan kaum perempuan. saya sendiri tidak pernah membicarakan topik ini dengan Ibu saya secara serius, tapi selalu terasa hangat dan menyenangkan ketika diskusi dengan Bapak dan Kakak kedua laki-laki saya. Jangan tanya kakak laki-laki pertama saya yang sudah menjelma jadi bang toyib dari lahir (red: jarang pulang, jarang dirumah). Saya masih ingat ketika saya baru duduk di Bangku SMP, saat itu saya tidak mengambil kesempatan yang sama dengan dua kakak laki-laki saya untuk pesantren. Kakak kedua saya dengan sesuka hatinya mendoktrin “jangan mengharamkan poligami, tapi kamu jangan mau di poligami.” Kontradiktif memang, tapi saya menerimanya begitu saja tanpa bertanya atau mengkaji lebih lanjut karena bagi saya memahami aljabar lebih utama ketimbang memahami poli

IQRA DAN BEKAL DIRANTANG

Dok . Istimewa . Adi, Uul, Yudi Dihari minggu Bapak akan mengambil alih untuk mengasuh tiga anaknya. Meminta anak-anaknya untuk mandi pagi-pagi dan sarapan terlebih dahulu. "Makan dulu, nanti baru pergi jalan-jalan. Biar gak masuk angin." kalimat Bapak yang ampuh membujuk anak-anaknya terlebih anak bungsunya yang susah makan. "kalau gak makan, nanti gak diajak." Ujar Bapak sembari menyuapi satu-satu anaknya yang usianya tidak terlalu jauh. Hanya berjarak dua tahunan. "Kita mau kemana pak?" tanya anak-anaknya bergantian. Tentu tempat yang sudah biasa dikunjungi, jika bukan untuk melihat kereta api tentu ke gunung. Gunungpun bukan puncak gunung, tapi daerah Walahar tempat petilasan Sunan Bonang yang sejuk dan memang melewati jalanan yang menanjak dan itu sudah dianggap seperti naik gunung. Sebelum berangkat Bapak akan meminta anak-anaknya untuk membawa bekal iqra. Sedang Bapak bersiap memanaskan motor vespanya dan membawa serta bekal dirantang y